Poco Leok Melawan

Ferdy Hasiman, Cukup Harga Dirimu sebagai Peneliti Itu yang Dijual! Hidup Kami, Jangan!

Ferdy Hasiman, Cukup Harga Dirimu sebagai Peneliti Itu yang Dijual! Hidup Kami, Jangan!
Sumber Gambar: Dokumentasi warga Poco Leok

Pada tanggal 4 Januari 2025 Swarantt.net  dan sejumlah media lainnya menerbitkan berita yang mengutip pendapat Ferdy Hasiman terkait proyek geotermal Poco Leok.


Dalam berita-berita itu, Ferdy Hasiman memuji-muji langkah Pemerintah Kabupaten Manggarai yang telah menerbitkan SK Penetapan Lokasi (Penlok) tahap II untuk pengembangan proyek PLTP Poco Leok. 


Kami kutip beberapa pernyataan Ferdy: 


“Ini langkah sangat berani di tengah masih adanya penolakan dari beberapa elemen masyarakat terkait pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Poco Leok. Jika Pemda tak berani mengambil kebijakan, tentu yang dikorbankan masa depan kelistrikan di Manggarai Raya dan daratan Flores yang terlalu bergantung penuh pada Bahan Bakar Minyak (BBM) dan batubara dari luar Flores.” 


“Maka harus ada kesadaran bersama dari berbagai elemen masyarakat di Manggarai Raya bahwa pengembangan geotermal Poco Leok adalah bagian untuk menyelamatkan APBN dan menyelamatkan energi nasional ke depan.”


Lebih lanjut jelas Ferdy Hasiman, “warga-warga dan elemen masyarakat sipil yang protes juga harus didengar dan bila perlu diundang untuk duduk bersama Pemda dan PLN untuk menyusun strategi pembangunan di Poco Leok, ketika proses pembangunan berjalan dan setelah pengembangan PLTP beroperasi komersial.”


Sebagai warga yang terdampak proyek itu, kami ingin memberi beberapa tanggapan berikut:


1. Dalam berita itu, Ferdy Hasiman disebut sebagai peneliti Alpa Research Database Indonesia. Ia juga disebut sebagai pengamat tambang dan energi. Kami menyayangkan bahwa dalam pernyataan itu Ferdy Hasiman hanya memuji-muji SK Penetapan Lokasi itu, namun tidak bertanya seperti apa proses penetapan lokasi itu, apakah melibatkan kami sebagai warga atau tidak. Dengan memuji-muji langkah pemerintah yang diambil tanpa memperhatikan aspirasi kami, kami menganggap Ferdy Hasiman sedang menjual dirinya sebagai peneliti untuk mendukung proyek ini. 

 Kami menduga, pernyataan Ferdy itu hanya dipakai untuk mendukung proyek. Bisa jadi, ada harga yang harus diterima untuk menyampaikan pendapat tersebut. Karena itu, kami perlu menegaskan; cukup harga dirimu sebagai peneliti yang dijual, jangan hidup kami. Kami menentang proyek ini karena menyangkut hidup kami dan masa depan anak cucu kami, Kami sebetulnya berharap, Ferdy Hasiman sebagai warga kelahiran Kampung Waling, Kabupaten Manggarai Timur punya rasa solidaritas terhadap perjuangan kami yang sedang menjaga kampung halaman. Ferdy Hasiman seharusnya tidak begitu saja menggadaikan masa depan kami warga Poco Leok.


2. Menurut Agustinus Tuju, warga adat Poco Leok dari gendang Nderu, analogi pembangunan geotermal di Poco Leok telah melukai ribuan manusia Poco Leok yang menuntut hak hidupnya dengan menyuarakan penolakan. Itu adalah bentuk pengabaian negara yang semestinya memiliki kuasa demi memenuhi hak-hak warga negaranya. 


“Karena bukan bagaimana berbicara tentang keuntungan dan kerugian negara, tetapi bagaimana persoalan kehidupan. Mereka tidak pernah memperhitungkan kehidupan masyarakat di wilayah itu, kehidupan sosialnya, kehidupan adat dan budayanya, lingkungannya. tetapi mereka hanya memperhitungkan bagaimana keuntungan dan kerugian negara. Lalu apakah masyarakat yang ada disitu bukanlah warga negara? hingga mereka dikorbankan.”

Dia menegaskan, adat dan budaya secara turun temurun tidak pernah melihat bagaimana keuntungan ataupun kerugian. Adat dan budaya tidak punya kalkulasi perhitungan untung-rugi seperti bisnis. itulah adat.

Terkait penetapan lokasi, Agustinus Tuju menerangkan bahwa sejak awal Izin lokasi proyek ini telah diteken oleh Bupati Manggarai, Heribertus G.L. Nabit melalui SK Nomor HK/417/2022 tentang Penetapan Lokasi Perluasan PLTP Unit 5-6 di Poco Leok, tidak ada keterlibatan warga untuk duduk bersama. 

Agustinus juga menyoroti SK Nomor 366 Tahun 2024 tentang Penetapan Lokasi Tahap II PLTP Ulumbu Unit 5-6  yang dikeluarkan Nabit pada 12 September, yang juga tanpa konsultasi dengan warga adat. 

“Apakah masuk akal ketika ada penetapan lokasi, kami tidak diundang oleh bupati Nabit?. Lalu Ferdy Hasiman memuji SK itu, sedangkan warga tidak diundang sama sekali. Penetapan lokasi ini sudah cacat sejak awal. Untuk apa duduk bersama, jangan sampai duduk bersama hanya sosialisasi tanpa melalui konsultasi meminta persetujuan masyarakat, lalu aspirasi masyarakat tidak dihargai.”

 3. Yustina Nehes dan Elisabeth Lahus, Perempuan Adat Poco Leok dari gendang Lungar, menyatakan kekecewaan mereka atas sikap tidak konsisten dan telah berbohong kepada sejumlah warga dari sosok Ferdy Hasiman, seorang akademisi yang mengemban identitasnya sebagai aktivis lingkungan. 

Yustina Nehes mengingat kembali saat Ferdy Hasiman berkunjung ke Poco leok sebagai calon DPD RI tahun 2022.

“Dia datang duduk dan kopi sudah disiapkan, terus dia berkata “Bapa-Mama, saya ini darah Poco Leok juga karena calon istri saya ada darah Pocoleoknya. Keluarganya Pak Guru Lorens. Tolong kalian pilih saya nanti karena saya salah satu calon DPD RI, karena saya juga adalah keturunan Poco Leok.”

Bahkan tak hanya itu, menurut Elisabeth Lahus, demi kepentingan pribadi dan kampanye politiknya, Ferdy Hasiman juga turut menyampaikan penolakan dengan hadirnya proyek geotermal di Poco Leok, apabila sudah masuk sebagai anggota DPD RI.

“Ferdy Hasiman pernah mengatakan kalau saya masuk DPD RI, saya usahakan untuk menolak geotermal dari pusat,” ujar Elisabeth Lahus.

4. Tadeus Sukardin, Warga Adat Poco Leok juga menambahkan, di saat itu Ferdy Hasiman menyampaikan dampak-dampak negatif berkaitan dengan geotermal. Bahkan, penyampaian tersebut diutarakan di hadapan masyarakat yang notabene masih dalam perjuangan untuk mempertahankan tanah ulayatnya.

“Artinya bahwa dia sungguh-sungguh menolak geotermal. Dia menyampaikan seperti itu mungkin sebagai cara agar masyarakat percaya kepada dia sebagai calon DPD RI, dan itu adalah cara-cara politisi yang hanya ingin memanfaatkan situasi untuk kepentingan politiknya,” tutur Tadeus Sukardin.

Dalam beberapa pemberitaan di sejumlah media sebelumnya, Tadeus Sukardin pernah menyampaikan bahwa Ferdy Hasiman adalah salah satu penghianat, yang tidak konsisten atas sikap dan hanya memanfaatkan masyarakat demi kepentingan pribadinya dalam urusan politik.

“itulah orang yang bisa dikatakan pengkhianat, karena menipu suara hati sendiri sebenarnya. Orang seperti ini tidak layak menjadi wakil rakyat, karena dia pengkhianat, tidak bisa dipercaya,” imbuhnya.

Seorang politisi, lanjut Tadeus, seharusnya bukan memanfaatkan masyarakat tetapi harus menjadi bagian dari masyarakat, karena politisi adalah perpanjangan tangan dari masyarakat itu sendiri.

5. Mayo Dintal salah satu pemuda adat Poco Leok menduga, “Ferdy dibayar mahal oleh PLN untuk menyebarkan pernyataan-pernyataan dukungan proyek geotermal” 


Narahubung warga Poco Leok :

  1. Tadeus Sukardin
  2. Agustinus Tuju





Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak